Akhir-akhir ini ramai
perbincangan tentang “kurang sehatnya” pendidikan di Negeri ini.
Sorotan-sorotan negatif tak kunjung berhenti menghadirkan kabar yang tak
mengenakan hati. Entah salah siapa hingga seperti ini jadinya. Tak elok rasanya
membuang-buang waktu hanya untuk mencari kambing hitam atas permasalahan yang
sudah terjadi. Kemudian teringat kembali pembelajaran fisika saat siang itu
mengenai Hukum III Newton yang rasa-rasanya
hukum inilah yang harus kita terapkan di dalam dunia pendidikan Indonesia.
Hukum III Newton yang
berbunyi F
aksi = - F reaksi menjelaskan
bahwa saat gaya aksi diberikan maka akan menimbulkan gaya reaksi yang sama
besar namun arahnya berlawanan. Bukan tanpa maksud hukum fisika ini terus
dipelajari dalam kurikulum pendidikan nasional. Hukum sederhana yang sebenarnya
kita rasakan selalu di dalam siklus kehidupan tak terkecuali di dalam kegiatan pembelajaran.
Aksi-reaksipun pasti terjadi dalam lingkup interaksi antara guru dan siswa. Apa
yang dilakukan guru akan berdampak pada siswa, begitupun sebaliknya. Bukankah
memang seperti itu? Interaksi antara guru dan siswa inilah yang akan menentukan
keberhasilan pendidikan. Keduanya menjadi subjek sekaligus objek yang akan
menentukan segalanya.
Dear bapak ibu guru, di era yang
serba modern ini pernahkah terlintas di benak kalian bahwa semakin banyak
dijumpai siswa yang melemah budi pekerti dan karakternya. Satu hal sederhana
saja. Semakin banyak siswa yang tidak memperhatikan kalian di saat materi
pembelajaran kalian sampaikan. Coba sebelum sepenuhnya kita berpikiran negatif
dan hanya mengambil satu sudut pandang saja kita perlu merenungkan kembali apa
yang sebenarnya terjadi. Terlalu sering kita sebagai guru berpikir siswalah
yang salah, berpikir mereka sebagai siswa tidak bisa menghargai kita bahkan
terlalu cepat kita menyimpulkan mereka tidak memiliki karakter yang baik.
Sebelum kita terlalu jauh menggiring opini negatif tersebut cobalah sebagai
guru kita merenungkan kembali apa yang telah kita lakukan. Kita harus berpikir
ulang apa yang telah kita lakukan sehingga mereka bosan dan tidak
memperhatikan. Bukankah tidak akan ada
reaksi tanpa aksi terlebih dahulu? Mungkin saja kita sebagai guru belum
maksimal dalam menghidupkan pembelajaran. Pasti tidak mudah, namun justru
itulah tuntutan yang harus kita jalani. Bagaimana caranya memutar otak dengan
maksimal guna mencari penyelesaian terbaik. Mungkin saja acuhnya mereka
terhadap apa yang kita sampaikan sebagai reaksi bahwa pembelajaran kita selama
ini membosankan dan belum bisa diterima
dengan baik. Cobalah bicara dari hati ke hati dan saling memahami, siapa tahu
dengan cara sederhana ini semua teratasi.
Begitupun sebaliknya. Mungkin
banyak dari kalian anandaku, yang merasa tidak terima disaat guru kalian
menasehati atau pada satu titik tertentu terpaksa memarahi kalian. Kalian bisa
jadi berpikir seolah-olah menjadi pihak satu-satunya yang tersakiti. Dear
anandaku, asalkan kalian tahu guru marah itu pertanda mereka sayang pada
kalian. Dibalik marahnya seorang guru pasti ada rasa sedih penuh penyesalan,
merasa tidak berhasil terhadap apa yang
telah mereka lakukan. Toh tidak mungkinkan guru marah tanpa sebab
tertentu? Lagi-lagi tidak mungkin ada
reaksi tanpa aksi yang terlebih dahulu diberikan. Asal kalian tahu saat kau
sekali melakukan kesalahan disaat itu juga guru akan memperingatkan dan
menasehati dengan hati, kedua kalinya pun kalian akan diingatkan kembali,
bahkan untuk yang ketiga empat lima hingga berulangkali. Tapi kalianpun perlu
tahu guru juga manusia biasa yang terkadang emosinya bisa menjadi tak
terbendung sehingga kemarahan sesekali terlontarkan. Di lain sisi terkadang
justru dari sikap inilah yang terpaksa mereka ambil dengan berharap kalian akan
mengerti dan tidak mengulangi sesuatu yang seharusnya tidak kalian lakukan.
Guru hanya tidak ingin kalian semakin hanyut dalam jalan yang tidak sesuai yang
mana jika didiamkan justru akan merusak kalian. Coba selalu renungkan apa yang
telah kalian lakukan.
Hanya butuh pemahaman bahwa semua
ini adalah bentuk interaksi, bentuk aksi-reaksi yang bila penerimaannya salah
akan terasa seolah-olah menyakiti. Namun aksi-reaksi adalah peristiwa alamiah
yang terus akan ada tanpa perintah atau arahan apapun dan siapapun itu.
Sikapilah dengan bijak, cobalah pandang setiap hal tidak hanya pada sisi
negatifnya, dengan itu aliran energi positif akan kalian nikmati. Berharap
dengan itu dunia pendidikan kita ini bisa “sehat kembali”.
Ditulis oleh :
Bu Erni
Tentor LKP Dunia Sausan
Bagi teman-teman yang ingin bergabung dengan LKP Dunia Sausan, silahkan hubungi konta di bawah ini :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar