Iman Kepada Hantu dalam Pandangan Tasawwuf



             Belakangan ini hal-hal yang beruhubungan dengan dunia gaib mendapat perhatian lebih dari masyarakat,mereka berbodnong-bondong mendatangi tempat angker dengan tujuan “berburu” hantu.
Namun  sebenarnya apasih hantu dalam pandangan agama islam? Menurut islam hantu atau yg juga sering kita sebut dengan setan sebenarnya adalah jin yang menampakkan diri untuk menggoda manusia,melemahkan keimananya dan beberapa tujuan lain.
               Quraish Shihab menjelaskan bahwa jin secara harfiah bermakna sesuatu yang tersembunyi. Makna tersebut menunjukkan bahwa jin merupakan makhluk halus. Sifat halusnya jin bisa menyerupai manusia secara fisik, namun manusia sendiri tidak bisa melihat jin secara kasat mata kecuali diterangkan oleh Quraish Shibab orang tersebut mempunyai kemuliaan dan keistimewaan. Salah satu dasar pokok keimanan seorang Muslim ialah percaya pada hal-hal ghaib. Sesuatu yang ghaib ini merujuk pada sesuatu yang tidak terjangkau oleh pancaindera, baik disebabkan oleh kurangnya kemampuan maupun oleh sebab-sebab lainnya.


                Denagn merujuk doktrin teologi Asy’ariyyah ,kita mengenal konsep enam pilar keimanan. Dari enam pilar tersebut,empat diantaranya perkara gaib,sedangakan dua sisanaya bersentuhan dengan kegaiban.

                  Menjelaskan keimanan dari sisi tasawwuf rasanya lebih mudah dibandingkan dengan teologi/atau ilmu kalam. Argumentasi kaum mutakallimin atau teolog sering tidak tuntas,bahakan beberapa malah menimbulkan pertanyaan baru,sisi kelemahan arugmentasi mereka dalam persoalan ini adalah memposisikan nalar sebagai panglima dalam memecahkan persoalan yang bersifat immateri,padahal manusia cenderung berkutat pada persoalan yang bersifat materi. Artinya ,  manusia memang meiliki keterbatasan dalammengetahui hal-hal yang bersifat immateri.
Karena sesuatu yang bersifat immateri itu tidak bisa dinalar,maka harus diimani. Maksud dari iman disini adalah pengetahuan hati akan kebenaran, maka iman akan sangat berkolerasu dengan hati (qalb). Karena itulah menggunakan pendekatan tasawwuf menjadi lebih  penting.
Mengapa qalb? Karena qalb adlah wujud  ruhani,metafisik dan bukan benda. “qalb” bukanalah segumpalan daging yang tersapata dalam tubuh manusia,pemaknaan qlab lebih tertuju pada suatu “ruhani”. Di dlamaruhanilah tersimpan ide-ide kebaikan dan unversalitas yang tak berhubungan dengan keadaan tubuh atau jasmani. Mari kita telusuri komponen-komponen qalb :
1.      Bashirah/mata hati (eye of heart)
Allah berfirman :
بَصِيرَةٌ نَفْسِهِ عَلَىٰ الْإِنْسَانُ بَلِ
“manusia perlu menatapi dirinya dengan mata hatinya” (QS.alqiyamah:14) . Bashirah merupakan kemampuan hati untuk memilah-milah mana yang baik dan buruk. Ketika seseorang itu bisa menilai bahwa mencuri itu buruk berarti bashirah nya memiliki kualitas iman
2.      Dlamir/moral
Dlamir itu memotivasi hati untuk memlakaukan kebaikan, manusia yang menghindarkan diri dari perbuatan amoral berarti hatinya memiliki kualitas iman.
3.      Fuad
Fuad merupakan hakim hati yang menentukan perilaku manusia. Fuad adlah kebenaran perilaku manusia. Seseorang yang dapat mengembangkan potensi fuad tidak akan terjerumus dalam kemunkaran
رَأَىٰٓ مَا ٱلْفُؤَادُ كَذَبَ مَا
“fua’d  tidak akan membohongi terhadap apa yang dilihatnya “ (QS. Al-najm:11)
4.      Al-sirr

yaitu potensi hati untuk melakukan control terhadap perilaku manusia. Al sir yang telah teroptimlisasi akan mampu mengarahkan segala perbuatan manusia kepada kebaikan .

5.      Lathaif yaitu kelembutan yang bertingkat tingkat atau berjenjang (maqamat) setiap tingkatan yang ada merupakan salah satu pengalaman yang muncul karena terjadinya pertemuan spiritual dengan Allah swt.
Jika kondisi hati manusia seperti diatas,maka maka semua perkara gaib harus diimani dan masing masing perkara gaib mempunyai tempat sendiri-sendiri. Iman kepada allah adalah pembenaran hati bahwa allah dzahiri, nyata (tidak lagi batin) yang pembuktianya melalui ma’rifat sebagai wujud dari optimalisasi lathaif.
Beriman atas keberadaan jin atau yang lebih sering kita sebut dengan setan atau hantu adalah pembenaran hati bahwa hantu,setan,jin selalu mengehembuskan keraguan atas bashirah manusia yang telah memberikan kejelasan baik atau buruk. Begitu seterusnya.
Idealnya, keimanan seseorang mampu meneyimbangkan dua unsur : materi dan immateri yang ada dalam dirinya. Hanya saja selama ini keimanan sering diartikan sebagai proses rasinonalisi sesuatu yang yang bersifat immateri . Dalam dunia sufi,keimanan tidak hanya sebatas vonis sesat,kafir,dan sebagainya. Keimanan justru mengandung keindahan,mahabbah, “ekstase” antara khaliq dan makhluknya.

Sumber : - Buku “Dialog Tasawwuf Kiai Said : Akidah,Tasawwuf dan Relasi Antarumat Beragama”   


oleh Bu Arina


Tidak ada komentar:

Posting Komentar