PENDIDIKAN DAN KEMISKINAN, APA SOLUSINYA? (Part II)

Setelah membaca review film alangkah lucunya negeri ini, ada beberapa point yang dapat kita analisis diantaranya adalah :

  1. Film ini mengangkat sebuah permasalahan mendasar yang ada pada negara kita hingga saat ini, yaitu permasalahan mengenai pendidikan dan kemiskinan.  
  2. Adanya sebuah pertanyaan mengenai penting atau tidaknya pendidikan? 
  3. Film ini juga meninggalkan sebuah pertanyaan yang masih belum bisa terjawab dengan baik, yakni pertanyaan mengenai masalah halal dan haram. Apakah kita boleh menerima uang haram dari hasil yang halal dan bertujuan baik? Sedangkan kalau tidak diterima, maka orang tersebut secara otomatis tidak akan dapat memperoleh penghasilan dari apa yang telah ia kerjakan? Dan apabila tidak dikerjakan maka tidak akan pernah ada perbaikan moral dan pendidikan yang terjadi.
Permasalahan mengenai penting atau tidaknya pendidikan memang masih menjadi sebuah momok yang ada dalam masyarakat kita dan bahkan menjadi sebuah perdebatan yang cukup rumit untuk dijawab. Sebagian orang yang memang tahu akan pentingnya pendidikan menganggap pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan urgen, sedangkan bagi orang yang memang tidak mau tahu akan pentingnya pendidikan, mereka pun menganggap pendidikan merupakan suatu hal yang tidak penting dan hanya membuang-buang uang saja. Memang pada kenyataannya banyak orang yang tidak mempunyai pendidikan ternyata mampu memperoleh pekerjaan yang layak hingga sukses karena mereka bermodal skill yang bagus dan ketekunan dalam bekerja, sedangkan kita juga melihat banyak sarjana yang lulus dengan nilai bagus ternyata ada yang pengangguran dan bahkan skill-nya pun masih kalah jauh dengan orang yang tidak berpendidikan. Hal inilah yang masih sering menjadi sebuah pertanyaan mendasar mengenai makna pendidikan yang sesungguhnya. 

Bukankah fungsi manifes dari pendidikan adalah mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah, mengembangkan bakat yang telah ada, dan melestarikan kebudayaan, serta menanamkan keterampilan yang ada. Sedangkan fungsi laten dari pendidikan adalah pemupukan proses keremajaan, pengurangan kontrol atau pengawasan dari orang tua, serta digunakan untuk mempertahankan kelas sosial yang ada. Hal ini harus diperhatikan oleh banyak orang, termasuk pemerintah sebagai institusi tertinggi yang mempunyai kewenangan yang besar, sehingga pendidikan tetap bisa berjalan sesuai dengan apa yang telah menjadi tujuan dan fungsi dari pendidikan itu sendiri. Bukan malah menimbulkan pergeseran fungsi dan tujuan dari pendidikan, di mana pendidikan hanya untuk orang-orang yang mampu mengaksesnya, dan bahkan justru orang-orang yang berpendidikan tinggilah yang ketika dia menjabat sebagai wakil rakyat banyak melakukan korupsi, padahal status mereka adalah wakil rakyat yang harus melindungi rakyatnya bukan malah menyengsarakannya. 

Selain masalah mengenai pendidikan, ternyata masalah kemiskinan pun menjadi masalah yang cukup sensitif saat ini. Banyak anak-anak yang harus rela bekerja di usia sekolah mereka karena keterbatasan ekonomi keluarga. Anak-anak tersebut harus menjadi tulang punggung keluarga untuk mencari nafkah, sehingga dengan terpaksa mereka tidak bisa menikmati pendidikan yang layak. Permasalahan seperti ini tidak hanya terjadi di pelosok desa saja, namun dengan jelas kita juga menjumpai mereka di kota-kota besar di negara ini. Mereka yang masih kecil harus berkutat dengan kerasnya kehidupan, padahal masa anak-anak merupakan masa-masa yang indah untuk bisa menikmati sebuah pendidikan yang layak, bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Namun ternyata mereka harus meninggalkan kesenangan itu semua demi mencari sesuap nasi untuk menyambung hidup dengan cara menjadi pengamen, pedagang asongan, tukang sapu, tukang semir sepatu dan bahkan lebih parahnya lagi menjadi pencopet seperti yang ada dalam film tersebut. 

Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadinya suatu ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan dan papan serta kesehatan dan pendidikan. Kemiskinan juga dapat disebabkan oleh adanya kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya untuk mendapatkan akses pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global yang terjadi di seluruh negara di dunia, tetapi masalah kemiskinan yang parah memang banyak terjadi di negara-negara yang sedang berkembang seperti di Negara Indonesia ini. 

Kemiskinan sendiri dapat di ukur menjadi dua kategori, yakni kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada sekelompok orang yang dikaitkan dengan pendapatan seseorang atau keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan minimum, sedangkan kemiskinan relatif merupakan sebuah keadaan di mana tidak tercapainya kebutuhan dasar manusia yang sesuai dengan kebutuhan saat itu dan ukuran yang dipakai untuk menentukan ini adalah pendapatan perkapita dari sumber daya yang ada.

Kesimpulan dari film tersebut menerangkan bahwa pada dasarnya kemiskinanlah yang berpengaruh terhadap sulitnya seseorang untuk mengakses pendidikan akibat keterbatasan dana yang ada, serta masih adanya pemaknaan mengenai penting atau tidaknya pendidikan bagi sebagian orang. Hal inilah yang harus dijadikan PR bersama baik bagi pemerintah, institusi pendidikan, dan institusi ekonomi untuk menyelesaikan masalah yang ada. Suatu negara akan dinyatakan maju jika sumber daya manusianya pun maju, sebab hal tersebut dapat dilihat dari kualitas pendidikan dan perekonomian suatu negara, apakah negara tersebut mampu bersaing atau justru malah menjadi negara yang tertinggal.

Penulis :
Bu Ria
Tentor LKP Dunia Sausan.


Demikian Article di BLOG LKP Dunia Sausan kali ini, semoga bermanfaat.
Bagi teman-teman yangingin bergabung  dengan LKP Dunia Sausan
silahkan hubungi  kontakontak  di bawah  ini :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar