Balok-balok
kayu itu tersusun rapi. Seperti domino yang sengaja dirangkai membentuk untaian panjang nan beraturan. Diujung arah
penghadapan, terlihat sesuatu yang berbeda. Tampak sebuah balok kecil.
Sebenarnya bahan bakunya tak ubahnya seperti balok-balok yang lain. Hanya saja
bentuknya yang kecil dan mungil lah yang membuatnya begitu kentara. Terlebih
semua balok condong ke arahnya.
Aku
mengamatinya lebih dalam, dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin benda seperti
ini dijandikan sandaran dari untaian yang bahkan panjangnya bisa mengisi
ruangan President Suite di hotel
berbintang 5? Ku perhatikan lebih jauh lagi, ohhhhh..... Ternyata ukurannya
seimbang. Dia simetris. Pantas lah kalau begitu.
Waktu
pun berlalu. Aku dipindahtugaskan ke daerah lain. Memori tentang balok-balok
yang terangkai rapi serta si balok kecil pun sedikit demi sedikit terkikis dari
benakku. Tapi semesta berkehendak lain. Diriku kembali ditaklukannya. Raga dan
jiwa ini pun kembali ke tempat semula.
Kembali
kuperhatikan rangkaian balok yang bagai domino tersebut. Tidak ada perubahan
berarti darinya, hanya lebih panjang saja. Sepertinya ada tambahan beberapa
balok lagi. Nuraniku penasaran mencari si balok kecil yang menurutku biasa
saja. Kupehatikan dengan seksama. Kenapa terlihat ada yang berbeda? Mengapa
rangkainnya seperti akan terjungkal? Batinku berbisik, hatiku terusik. Kembali
kusangsikan kemampuan si balok kecil nan mungil diujung rangkaian. Benar kan
dugaanku dulu. Salah besar jika benda seperti itu dijadikan sandaran. Tapi aku
berfikir lebih dalam, kalau memang dia pantas untuk disangsikan toh nyatanya
selama ini dia bisa menjalankan tugasnya dengan jempolan. Belasan tahun yang
sudah terjalani tidak bisa disebut sebentar. Mungkinkah dia butuh sokongan?
Atau dia butuh penggantian? Sekali lagi sejak terakhir mengamatinya, aku pun
melakukannya lagi. Mengamati benda itu secara mendalam. Oh Tuhan, ternyata dia
tak sesimetris dahulu. Diujung salah satu sisinya terdapat bekas gesekan.
Seperti hak sepatu yang aus karena sering digunakan. Haruskah aku mengganti
balok kecil itu? TIDAK. Aku tak bisa. Aku harus membuat balok dengan bentuk,
ukuran dan tingkat kesimetrisan yang sama terlebih dahulu sebelum menggantinya.
Dia berbeda dengan yang lain. Belum lagi jika aku membuat kesalahan dalam
proses penggantian malah akan membuat barisan tersungkur dalam sekejap mata.
Atau? Mungkinkah aku mendatangkan balok lain untuk membantu si balok kecil itu?
Itu juga terlalu beresiko. Jika si balok pembantu tak sesuai hanya akan membuat
balok kecil tergelincir dan rangkaian menjadi porak-poranda.
Aku
pun terus memikirkan cara yang tepat untuk membantu si balok menyelesaikan
masalahnya. Tapi semua terasa seperti benang kusut yang tersiram air. Semakin
kupikirkan, semua semakin runyam. Waktu pun berlalu, hari berganti, bulan baru
datang dan tahun bertambah. Si balok kecil tetap setia dalam tugasnya. Masih di
posisi yang sama bertahan menjalankan apa yang telah menjadi takdirnya,
membiarkan sang bayu membawa semua keheranan, pujian, cemoohan, dan kesangsian
yang dialamatkan padanya tanpa sedikitpun menantang maupun meratapi dunia.
ditulis oleh : Bu Afifah
Tentor LKP Dunia Sausan
Bagi teman-teman yang ingin bergabung dengan LKP Dunia Sausan, silahkan hubungi kontak di bawah ini :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar